Polisi ditengarai mengintimidasi beberapa guru besar dan sivitas
akademika yang mengikuti gerakan perguruan tinggi negeri dan swasta yang
secara bergiliran mengkritik rusaknya demokrasi di bawah pimpinan Presiden
Joko Widodo atau Jokowi. Namun, intimidasi itu tak menyurutkan rencana yang sudah disusun oleh
para akademisi pelbagai universitas di Indonesia.
Sumber Tempo mengatakan, untuk Senin, 5 Februari 2024, setidaknya ada sekitar 16
perguruan tinggi yang akan dan sedang mendeklarasikan pernyataan sikap
berisi kritik terhadap pemerintahan Jokowi menjelang Pemilu 2024. “Saya
rekap, 17 universitas, mas,” katanya kepada Tempo, Senin, 5 Februari
2024.
Adapun daftar kampus-kampus yang bakal mendeklarasikan diri hari ini, yakni Universitas Ahmad Dahlan, STF-Driyakara, Universitas Brawijaya, UIN Syarif Hidayatullah, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Airlangga, Universitas Negeri Surabaya, Universitas Jember, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Universitas Tadulako, Institut Teknologi Bandung, Universitas Islam Bandung, Universitas Sriwijaya, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Negeri Malang.
Dilansir dari Koran Tempo edisi Senin, 5 Januari 2024, Wakil Rektor II Universitas Muhammadiyah Semarang atau Unmus Hardi
Winoto mengaku kedatangan dua polisi untuk membuat video wawancara dengan
jawaban-jawaban yang menunjukkan kebaikan pemerintah Jokowi. Polisi
awalnya menanyakan soal Pemilu.
Lantas Hardi menyampaikan bahwa akademisi harus bersikap netral dalam
menghadapi Pemilu 2024. Dalam wawancara itu, Hardi juga mengomentari
kinerja Jokowi khususnya saat Mantan Wali Kota Solo itu menangani pandemi
Covid-19.
Hardi tak menyangka pada Jumat, 2 Februari 2024, ia mendapat kiriman
tautan media massa serta muncul di media sosial TikTok yang memuat materi
wawancaranya dengan polisi itu. “Saya dikira mengarahkan ke salah satu
pasangan calon (presiden),” kata Hardi.
Video testimoni itu muncul setelah para guru besar dan sivitas akademika
dengan titik awal Petisi Bulaksumur oleh akademisi UGM dan berlanjut ke
kampus-kampus lainnya mengkritik rusaknya demokrasi di bawah pimpinan
Jokowi.
Gerakan kritik terhadap Jokowi dari sivitas akademika kampus-kampus di
Indonesia terus bergulir. Di Surabaya, Universitas Negeri Surabaya dan
Universitas Airlangga menyatakan dalam rilis yang tersebar di media
sosial, pernyataan sikap akan dilaksanakan hari ini. Adapun landasannya
karena Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan presiden dapat memihak dan
berkampanye. Agenda itu ditandatangani oleh 80 orang terdiri dari keluarga
besar hingga alumni.
Mengenai adanya langkah polisi dalam upaya meredam banjir kritik
akademisi itu, Tempo telah berupaya mengkonfirmasi dugaan aparat kepolisian membuat atau
merancang testimoni para rektor ke Mabes Polri. Namun pesan
konfirmasi Tempo kepada
Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Sandi Nugroho, belum
direspons. Setali tiga uang, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi
Humas Polri, Brigadir Jenderal Trunoyudo Wisnu Andiko, juga tidak
merespons permintaan konfirmasi Tempo.
Copas dari
https://nasional.tempo.co/read/1829909/polisi-diduga-intimidasi-akademisi-yang-suarakan-pernyataan-sikap-kritik-jokowi
No comments:
Post a Comment
Yang Sopan yang Sesuai dengan UU ITE