PDI Perjuangan diprediksi bakal tersingkir apabila nekat mengusung calon
presiden dan calon wakil presiden seorang diri tanpa koalisi dengan partai
lain di Pilpres 2024.
Bahkan berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), PDIP tidak akan mampu masuk ke putaran kedua Pilpres sekalipun mengusung
kadernya Ganjar Pranowo sebagai capres. Sebagaimana diketahui, Ganjar kerap
menempati nomor wahid dalam beberapa hasil lembaga survei perihal
elektabilitas calon presiden.
Dalam survei tertutup empat pasangan tentang siapa yang dipilih sebagai
presiden dan wapres, pasangan dari PDIP hanya menempati urutan ketiga.
Pasangan itu yakni Ganjar dengan Puan Maharani.
Sementara pada posisi teratas ditempati pasangan Koalisi Gerindra-PKB jika
mereka memajukan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar dengan 29,7 persen.
Kedua pasangan Koalisi Perubahan dari NasDem-PKS-Demokrat, yakni Anies
Baswedan-Agus Harimurti Yudhoyono dengan 28,8 persen.
Pasangan Ganjar-Puan sendiri hanya 21,6 persen. Mereka unggul dari pasangan
yang diusung Golkar-PAN-PPP apabila Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)
mencalonkan Airlangga Hartarto-Erick Thohir 4,9 persen.
Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, Ganjar bisa bersaing dan kompetitif
jika dipasangkan dengan sejumlah cawapres potensial lainnya. Tetapi ketika
dipasangkan dengan Puan, perbedaannya dengan rival terlihat signifikan.
"Tapi ketika dipasangkan dengan Puan, posisi Ganjar di bawah dua nama yang
selama ini kompetitif dengan dia, yaitu Prabowo Subianto dan Anies
Baswedan," kata Saiful dikutip dari kanal YouTube SMRC TV bertajuk 'Peluang
Calon Presiden PDIP Tanpa Koalisi' pada Jumat (10/2/2023).
Kalau Pilpres mendatang terjadi seperti yang disimulasikan itu, tentu yang
masuk putaran kedua ialah pasangan Prabowo-Muhaimin dan Anies-AHY.
"PDI Perjuangan ditinggalkan. Kira-kira begitu. Kalau ini, bahkan Ganjar
ditaruh nomor satu. Kalau dia tidak berkoalisi dengan partai lain dan tidak
ngajak tokoh lain dati partai yang lain, dia akan tersingkir," kata
Saiful.
SMRC juga membuat simulasi apabila PDIP mencalonkam Puan sebagai capres.
Sementara Ganjar menjadi cawapres untuk Puan. Hasilmya pasangan Puan-Ganjar
dari PDIP itu lebih anjlok dibanding simulasi pasangan Ganjar-Puan.
Pasangan Puan-Ganjar kembali menempati urutan ketiga dengan 9,8 persen.
Sementara itu Prabowo-Muhaimin unggul dengan 35,4 persen, Anies-AHY 31,2
persen, dan terakhir Airlangga-Erick 6,0 persen.
"Hasilnya seperti ini. Sama, makin menjauh. Jadi kalau Puan nomor satu itu
jeblok banget gitu ya. Dan Ganjar nggak bisa nolong keadaan itu,
"Pokoknya sudah tersingkir, yang tidak bisa masuk ke putaran kedua," kata
Saiful.
Dari dua simulasi di atas, Saiful berkesimpulan bahwa berkoalisi wajib
hukumnya untuk PDIP. Meski dua kali menang Pemilu dan mengantongi tiket
menhusung sendiri capres-cawapres, PDIP tidak bisa melenggang sendirian bila
kembali ingin menang.
"Jadi bagi PDI Perjuangan berkoalisi itu adalah sebuah kebutuhan politik
yang tidak bisa dihindarkan. Ada suka ataupun tidak, kenyataannya adalah
publik pemilih ini lebih lihat koalisi itu punya nilai penting gitu ya
dengan partai apapun dan dengan tokoh siapapun," kata Saiful.
"Kalau sama-sama kader dari partai yang sama itu, kemungkinan akan
ditinggalkan oleh pemilih dan menjadi tidak kompetitif dalam Pilpres," ujar
Saiful.
Copas dari
https://www.suara.com/news/2023/02/10/141111/smrc-sebut-pdip-jangan-bermimpi-bisa-menangkan-capresnya-kalau-maju-sendirian
No comments:
Post a Comment
Yang Sopan yang Sesuai dengan UU ITE